Resensi: KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat
![]() |
| Novel berjudul KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat, ditulis oleh Adian Husaini. Terbitan Gema Insani dengan isi berjumlah 316 halaman. |
Novel yang berjudul
KEMI Cinta Kebebasan yang Tersesat yang ditulis oleh Adian Husaini seorang
intelektual Muslim yang sempat meraih gelar doktor di Institut Pemikiran Islam
dan Peradaban – International Islamic University Malaysia (ISTAC-IIUM) di
bidang pemikiran dan peradabam Islam, selain menekuni dibidang tersebut beliau
juga piawai menulis novel. Novel ini mengajak para pembaca untuk menyaksikan
fenomena dekadensi akidah yang sekarang menjadi ancaman besar bagi Islam,
terutama yang menjadi sasaran ialah pemuda-pemudi Islam.
Faham liberalisme disuarakan
oleh orang-orang (oknum) yang mengaku muslim bahkan tidak sedikit dari
oknum-oknum ini adalah kaum intelektual muslim. Faham liberalisme ini ternyata
telah melahirkan berbagai kehancuran bagi kehidupan manusia. Baik
kehancuran fisik, psikis, sosial, moral, ekonomi dan lain-lain. Adanya keinginan untuk membebaskan manusia
dari kungkungan ajaran agama salah satu penyebab munculnya faham liberalisme,
ditambah lagi dengan faham pluralisme agama yang menggerus keyakinan utama
mengajak manusia menyamakan agama tanpa adanya perbedaan antara Allah dan
berhala, shalat dan bertapa. Ditambah lagi paham feminis liberal.
Dalam novel ini
dikisahkan perjalanan Kemi, seorang santri cerdas yang diperalat oleh misi
Barat untuk mendistorsi ajaran pokok Islam melalui pemikiran-pemikiran
liberalismenya. Kemi sebagai tokoh utama dalam novel ini, sebelum bergabung
dalam jaringan liberal. Ia menjadi salah satu santri terbaik dan juga kepercayaan
Kyai Rois, seorang Kyai pemimpin sebuah pesantren yang bernama Minhajul Abidin,
Madiun, Jawa Timur. Mengawali perjalan sesatnya dengan Farsan, seorang kakak
kelasnya yang telah dulu bergabung dalam jaringan pemikiran liberal tersebut.
Pada awal kisah, Kemi
merasa kungkungan pendidikan pesantren tengah menjeratnya dalam kekauan dalam
mengembangkan keilmuannya akibat mendapat doktrin dari Farsan. Sehingga ia
keluar dari pesantren dan tergabung kedalam kelompok aktivis liberal. Walaupun sempat
dicegah oleh Kyai Rois dan Rahmat, sahabatnya.
Kekhawatiran Kyai Rois terhadap Kemi, sehingga ia
dan Rahmat mengatur strategi untuk mengembalikan Kemi ke dunia pesantren. Sehingga
diutusnya Rahmat untuk bergabung dengan kelompok Kemi, tidak lain hanya untuk
menarik kembali Kemi kepada jalan yang benar. Ketika dalam misi penyelamatan
Kemi, Rahmat banyak mendapat tantangan dari penyesatan faham liberalisme;
humanism, pluralisme, kesetaraan gender dan lain-lain. Namun karena kecerdasan,
keikhlasan, keberanian, kesungguhan dan kesiapannya sebelum berselancar kedunia
pemikiran. Sehingga membuat rektor tempat Kemi kuliah yang bernama Prof. Malikan
kelabakan dan malu di depan mahasiswa lain karena setiap pernyataan dari faham
liberal yang disampaikan Prof. Malikan dibantah dan dipatahkan oleh Rahmat.
Pada suatu kesempatan Rahmat diundang untuk
menghadiri acara diskusi terbatas di kampus Damai Sentosa tempat Kemi kuliah.
Pembicara pada acara diskusi ini adalah serorang Kyai berfaham liberal dan
plural, yang bernama Kyai Dulpikir. Di mana acara diskusi ini diliput oleh dua
stasiun TV dan tidak kurang dari lima wartawan cetak. Pada kesempatan diskusi
ini pun Rahmat mendebat dan mematahkan pemikiran dan pernyataan-pernyataan yang
disampaikan oleh Kyai Dulpikir. Rahmat merasa bahwa inilah saatnya dia harus
berani menyampaikan kebenaran. Pertemuan dengan Rahmat membuat Kyai Dulpikir
terkesan, meskipun Rahmat sudah mempermalukannya dihadapan para audiens diskusi
yang juga diliput oleh media cetak dan media elektronik Kyai Dulpikir merasa
sadar bahwa Allah mengingatkan akan semua kesalahannya. Kyai Dulpikir
menyampaikan salam untuk Rahmat dan ia ingin mengenal lebih jauh dengan Rahmat.
Keinginan ini disampaikannya kepada Kemi, sampai pada akhirnya Kyai Dulpikir
terjatuh dari kursinya di ruang diskusi karena terkena serangan jantung. Dia
tidak sadarkan diri sampai akhirnya meninggal dunia. Suasana menjadi kacau dan
semua orang menjadi panik.Di akhir hayatnya Kyai Dulpikir merasa menyesal atas
semua perbuatannya dan dia pun sempat mengucapkan istighfar. Kematian Kyai
Dulpikir merupakan puncak perjalanan Kemi di dunia pemikiran liberal.
Kemi dan Siti pun merasa sadar bahwa mereka sudah sangat tersesat jauh, Roman sebagai ketua aktivis liberal di kampusnya dan beberapa orang bayarannya mencoba untuk membunuh Siti dan Kemi karena banyak mengetahui rahasia dari aktivitas dunia liberal tersebut, mulai dari sumber pendanaan dan lain sebagainya. Siti yang diracuni, beruntung masih bisa terselamatkan. Pada saat melakukan pembunuhan Kemi, untunglah masyarakat sekitar tahu, lalu membantu Kemi dan membawanya kerumah sakit.
Kemi dan Siti pun merasa sadar bahwa mereka sudah sangat tersesat jauh, Roman sebagai ketua aktivis liberal di kampusnya dan beberapa orang bayarannya mencoba untuk membunuh Siti dan Kemi karena banyak mengetahui rahasia dari aktivitas dunia liberal tersebut, mulai dari sumber pendanaan dan lain sebagainya. Siti yang diracuni, beruntung masih bisa terselamatkan. Pada saat melakukan pembunuhan Kemi, untunglah masyarakat sekitar tahu, lalu membantu Kemi dan membawanya kerumah sakit.
Pertemanan yang terjalin antara Rahmat dan Siti
diam-diam menimbulkan benih cinta diantara mereka, tapi sayang jalinan rasa
cinta itu tidak bisa mereka wujudkan karena mereka memiliki amanah untuk
mengabdi di pesantren yang tidak bisa mereka tinggalkan.

Komentar
Posting Komentar