Kopiah yang disembunyikan
![]() |
| Photo by www.arrahman.co.id |
Hari itu tepat
matahari sejajar diatas kepala, ketika terdengar dengan merdunya suara sholawat
dari speaker mesjid yang letaknya tak jauh dari rumahku yang membuat aku
langsung bergerak menuju kesana. Ketika itu aku sedang melanjutkan tugas kuliah
yang tak sempat ku selesaikan di asrama. Kutinggalkan begitu saja, dengan
laptop dalam keadaan menyala di atas meja belajar dan beberapa buku berantakan
yang tak sempat ku rapikan.
Ketika selesai
berwudhu, aku bergegas menuju ke mesjid dengan jalan yang agak cepat hingga di
jalan bertemu dengan sekumpulan anak-anak yang sedang asik bermain bola kaki.
Salah seorang dari mereka terlihat gelisah, akupun tak tau apa penyebabnya. Tak
lama kemudian, dia pun mengatakan kepada teman-temannya dengan suara sedikit
lantang.
“Aku pulang dulu
ya? Nanti lagi aku ikut main, Zebun.. tolong gantikan saya sebagai penjaga
gawang untuk sementara.” Sambil mengambil sandalnya yang ia jadikan batas
gawang.
“Asiyaap, emang
kamu mau kemana?.” jawab Zebun sambil melempar sandalnya ke arah pinggir jalan
raya.
“Mau pulang
sebentar.” jawabnya sambil berlari menuju kerumahnya yang berada di samping
jalan raya mereka bermain.
Merekapun
melanjutkan bermain bola, akupun terus melangkahkan kaki ke mesjid. Tepat pada
gang menuju mesjid, tak lama kemudian terdengar suara orang berlari dari arah
belakangku. Akupun menoreh ke belakang. Ternyata yang berlari itu adalah anak
tadi, yang gelisah saat main bola, dengan pakaian yang berbeda. Kali ini
terlihat lebih rapi. Wajah dan rambutnnya terlihat basah. Anehnya tangan kanannya
berada di dalam bajunya seolah ada yang disembunyikan.
“Itu apa yang di
balik baju?.” Tanyaku dengan penasaran.
“Kopiah bang.”
Jawabnya sambil mengeluarkan dan memperlihatkan kepadaku.
“Kok
disembunyikan? Kenapa nggak di pake?.”
“Takut dibilang
sok alim lagi sama kawan, kayak kemaren.”
Akupun terdiam
sebentar hingga terdengar adzan dari mesjid kampung sebelah. Kami pun mulai
melangkah kembali, mempercepat langkah kami untuk menuju mesjid. Sesampainya di
mesjid dia pun langsung mengambil mikropon dan langsung mengumandangkan adzan.
Selesai shalat
akupun langsung pulang kerumah untuk menyelesaikan tugas kuliahku tadi. Sang
muadzin tadipun juga, dengan larian kecil sambil menyembunyikan pecinya di
tempat tadi ia sembunyikan hingga sampai di rumahnya. Setelah itu ia nampak bergegas
kembali ikut bermain bola dengan kawan-kawannya.
Beberapa hari
setelah itu aku mendengar kabar bahwa sang muadzin tersebut juara satu adzan
yang diselenggarakan oleh kampung sebelah. Pikirku memang pantas anak seperti
dia mendapatkannya. Di mana anak-anak lain asik bermain, tapi ia lebih
memprioritaskan ibadah kepada sang pencipta dan bahkan mengajak masyarakat
sekitar mesjid untuk menuju kepada kemenangan (Haiyya alal Falaah).

Komentar
Posting Komentar